Thursday, December 13, 2012

5cm.

Ini bukan review. Ini cuma komentar dari seorang pembaca dan penonton 5cm. Sebagai orang yang pernah baca novelnya, dan jujur sejujur-jujurnya waktu baca novel itu pertama kali dalam pikiran saya adalah yah bagus, tapi biasa gak bikin makjleb. Entah waktu itu saya masih terlalu muda untuk baca novel itu atau gimana haha. Tapi emang gak ada konflik yang klimaks kan? Sebulan lalu saya baca ulang novelnya (maklum pengangguran) dan tetap saja menurutku plot datar, terlalu banyak kutipan lagu, dan kebayakan scene mereka ngobrol. Tapi saya akui banyak quote-quote tentang mimpi, semangat jiwa muda dan nasionalisme yang keren. Agak-agak filsafat gitulah bahas plato, terus di novelnya kan mereka juga bahas reformasi, banyak bahas soal masalah-masalah indonesia. Ya kan? Dengan plot sedatar itu dan "sekilas info" sebanyak itu wajarkan pas bacanya saya agak bosan?

Nah makanya pas di filmin agak takut, gimana kalo filmnya garing dan ngebosenin? Dan ternyata tidak, filmnya sukses bikin ngakak, sukses bikin mupeng ke semeru, sukses menampar-nampar betapa indah ciptaan Allah, dan betapa kecil kita manusia ini tapi sayangnya gak sukses bikin nasionalisme saya bangkit. Hehe. Entah saya memang yang terlalu luntur jiwa nasionalismenya sampai udah gak bisa di selamatin lagi apa gimana hhe.

Tapi menurut saya ini karena di filmnya banyak meng-cut potongan-potongan cerita nasionalisme-indonesia-filsuf di buku. Nggak ada adegan ibu-ibu jualan nasi di stasiun, gak ada si supir angkot, gak ada cerita mahasiswa aktifis yang meninggal di semeru, dan lain lain. Yang alhasil pelajaran-pelajaran yang harusnya bisa kita petik dari scene-scene itu semua jadi gak ada.

Hmmm...
Tapi tapi tapi saya mengerti, itulah susahnya mengadaptasi novel ke film. Bakal di banding-bandingin, makanya banyak sutradara yang "malas" menyutradarai film adaptasi. Dan untuk kasus 5cm lebih berat dari itu, dengar-dengar sih banyak sutradara yang nolak karena medannya berat, semeru bok! Makanya saya tetap salutlah sama sutradara 5cm (Rizal Mantovani) dan penulis buku ini (Donny Dirgantoro) yang sukses memfilmkan 5cm.
Karena ngebayangin kalo banyak "sekilas info" kayak di novel, pasti filmnya jadi garing.

Untuk Nini yang belum baca bukunya, film ini bagus. Untuk Emi yang sangat suka novelnya dan sudah baca novelnya dari kapan taon, film ini lumayan (dari pada lu manyun) tapi gak sebagus ekspektasinya. Sedangkan buat saya yang sudah baca novelnya tapi gak secinta Emi dan gak berekspektasi tinggi-tinggi, film ini bagus, menghiburlah. Ini udah yang terbaik yang bisa diberikan sama mereka. Karena saya sendiripun gak bisa ngebayangin yang lebih baik dari ini. Tapi baca tweet teman yang bilang ini membangkitkan jiwa nasionalis, emmhhh sori agak lebbe sih -_-. Mungkin yang mau lebih dapet nasionalis-nasionalismenya baca novelnya juga. Tapi yah sebenarnya banyak buku yang lebih nasionalis ye gak? haha (mulai berputar-putar~) eh tapi benar kan banyak buku yang lebih filsuf nasionalis kan? #teteup

Intinya? Menghibur udah titik.
Jarang-jarang kan ada film indonesia yang berkualitas? Jadi yuk mari pada ke bioskop, ramein tuh bioskop. Lebih seru lagi kalo nontonnya bareng teman-teman (di bayar berape lu Dhin promosi?). Mari hargai karya anak bangsa!!! #eaa ;D

No comments:

Post a Comment

Pages