Kemarin adalah puncak segala pertahanan emosi dan rasa lelah. Kalo kata Ira "berhenti ko sok tegar". Dan yap kemarin saya berhenti, bukan karena ingin tapi semuanya mengalir begitu saja. Saya capek,saya bingung, saya merasa ditinggalkan dan sendiri. Dan yang saya butuhkan kemarin adalah kamar untuk menenangkan diri, tapi yang ada malah kamar koas dikelilingi teman-teman baru yang bahkan dengan tega meminta saya pindah di kamar koas lain yang bau dan kotor. Yasudahlah.. memang itu hak dan fasilitas mereka.
Alhasil? Saya mewek sejadi-jadinya, akhirnya mewek lagi!!
Berusaha menyembunyikan tangisan di depan teman-teman yang menjenguk, tapi gagal. Arrgght, malu sekali. For the first time nangis depan mereka. Yah, siang itu di saat saya merasa sangat hopeless, Tuhan dengan baiknya mengirimkan mereka. Apa yah? Saya tidak bisa berkata apa-apa selain terima kasih.
"Dhinii kalo ada masalah tugasmu yang begini-begini, tanya-tanyaki. Nda adaji salahnya bertanya, kalo bisa kita bantu, dibantuji" - Iki, 21 tahun, tumben bicara lembut.
Saya? Semakin bercucuran air mata, terharu.
Saya punya mereka.
Untuk dua orang yang membuat saya merasa sangat-sangat kehilangan beberapa bulan belakangan, saya kangen sekali. yap. kangen. Disaat kurang tidur, lelah, di buru-buru deadline tapi otak saya ini masih dan masih menyempatkan space buat kalian. Buat mengingat yang sudah di lewati sama-sama, buat bertanya kenapa berakhir seperti ini. Ini artinya apa? Kalian berarti.
Tapi semuanya sudah berubah. Entah siapa yang memulai, tapi sekarang saya mulai menerima kenyataan bahwa dua orang tempatku berpulang jika ada masalah, dua orang pembangkit moodku, mereka sudah memilih jalannya. Dan tidak ada saya disana.
So..
Silahkan lanjutkan jalan kalian, saya juga punya jalan sendiri.
Maaf kemarin-kemarin sering kangen.
Habis ini, saya akan berhenti mengingat. Dan belajar menghapus.
No comments:
Post a Comment